Kota Budapest, menurut sejarah, terdiri dari dua kota, yakni: BUDA dan PEST. Ratusan
tahun yang lalu, dua bagian kota ini berdiri sendiri-sendiri. Barulah pada tahun 1873, Buda
(terletak di sisi kanan atau barat Danube) dan Pest (di sisi kiri atau timur Danube) digabung
menjadi satu dengan nama baru: Budapest. Sebetulnya, ada tiga kota, yakni: Buda, Pest
dan Obuda dengan Pulau Margaret digabungkan menjadi satu. Sejak itulah Budapest
menjadi ibukota negara Hungaria.
Buda dan Pest dibatasi oleh sungai Danube, atau Duna menurut versi orang Magyar.
Sungai inilah yang menjadi salah satu daya tarik Budapest yang dijual kepada turis. Sungai
ini tidak hanya membelah Hongaria menjadi kawasan barat dan timur. Ujung Duna yang
satu memanjang hingga ke negara Ceko, sementara yang lain melintas ke timur, menyeruak
ke wilayah Yugoslavia. Lewat Sungai Duna, dengan kapal pesiar, Anda juga bisa
mengunjungi kota Wina di Austria pulang-pergi.
Selain itu Antara Buda dan Pest dihubungkan dengan tujuh jembatan. Diantaranya: Elizabeth Bridge,
Margaret Bridge (terletak dekat Pulau Margaret, tempat rekreasi dan olahraga moderen) dan
Chain Bridge —Jembatan Berantai yang tertua sekaligus paling menawan. Hasil rancangan
seorang arsitek berkebangsaan Inggris ini mulai dibangun pada tahun 1842 dan baru dibuka
tujuh tahun kemudian. Jembatan yang memiliki empat jalur mobil itu—masing-masing dua
jalur berlainan arah—panjangnya satu kilometer lebih. Di kiri kanannya masih tersisa trotoar
bagi pejalan kaki. Tubuh jembatan itu ditunjang dua monumen besar dan kokoh, yang
terpancang di tengah sungai. Sepasang rantai menjuntai di kedua sisi monumen, dan tubuh
jembatan “menggantung” di rantai itu. Pada malam hari jembatan itu tampak sangat indah
karena sekujur tubuhnya- termasuk rantai tadi- dibalut lampu. Chain Bridge rupanya menjadi
semacam trade mark Budapest, seperti Eiffel di Paris atau Monas di Jakarta.
Wilayah Buda, yang letaknya 500 meter di atas permukaan laut, didominasi tempat tinggal
orang-orang berduit dan gereja-gereja tua bersejarah serta rumah-rumah tua yang cantik.
Orang-orang kaya banyak yang membangun rumah di sini karena udaranya yang segar
serta letaknya yang tinggi. Sementara di Pest, pemukiman umumnya terdiri dari flat-flat
moderen yang menjulang tinggi. Kantor pemerintah juga lebih banyak di sini. Sekitar 75
persen penduduk kota Budapest tinggal di sisi timur Danube yang dulunya merupakan kota
Pest. Bentuk bangunan di Budapest mirip di Wina (Vienna), ibukota negara Austria. (Tapi,
menurut penulis, Wina masih jauh lebih indah dan bersih). Bangunan yang ada umumnya
sudah berusia tua dengan warna cat yang kumuh. Begitu dominannya warna abu-abu di
sini, sehingga pemerintah merasa perlu menentukan warna apa saja yang boleh dipakai
penduduk untuk mencat rumah mereka.
Lepas dari semua yang ditawarkan, obyek wisata nomor satu di Budapest tentunya Bukit
Kastil di wilayah Buda. Benteng yang dibangun pada abad ke 13 ini bekas kediaman raja-
raja Magyar yang bertahta. Kompleks bangunannya besar sekali. Dari puncak benteng bisa
diperoleh sudut pandang yang mengagumkan ke arah Budapest. Seluruh sudut kota seakan
bisa diintip dari sini, begitu juga Gedung Parlemen yang antik. Gedung Parlemen yang
terletak persis di tepi sungai Duna ini berarsitektur neo-gothic yang sangat indah.
Masyarakat Budapest membanggakan gedung ini sebagai Gedung Parlemen terindah
didunia.
Di kompleks Castle Hill terdapat sebuah gereja ortodoks yang disebut: Gereja Mathias atau
The Church of Our Lady. Dibangun pada awal abad ke 13, gereja yang setiap harinya
dikunjungi ribuan orang ini, menyajikan interior yang menakjubkan. Hingga kini rakyat
Magyar, yang mayoritas Katholik, masih menggunakannya. Gereja ini salah satu warisan
kerajaan Austria-Hungaria. Masih di wilayah Buda, di belakang Gereja Mathias, terdapat
Fisherman’s Bastion. Dari tempat yang pada mulanya merupakan pasar ikan, kita dapat
menikmati kecantikan kota Budapest dengan sungai Donau yang mengalir membelah kota
tersebut.
Tempat wisata lainnya yang menarik untuk adalah Monumen untuk memperingati 1.000
tahun kemenangan Hungaria (Milenium) di Heroes Square. Di tengah-tengah plaza
berbentuk semi sirkular ini berdiri tugu setinggi 36 meter yang pada puncaknya beridiri
patung Arch-Angel Gabriel alias Malaikat Jibril. Tugu dan patung yang dirancang oleh
Gyorgy Zala ini pernah meraih penghargaan Paris Grand Prix pada tahun 1900. Sementara
itu pada bangunan sayap kiri dan kanan di ujung lengkung plaza terdapat patung-patung
para raja dan ratu Hungaria yang memerintah sekitar abad ke-19. Melengkapi nilai sejarah
Hungaria, plaza ini diapit oleh Gedung Museum Seni dan galeri Seni.
Selain kota antik, Budapest boleh dibilang kota “tip”. Memberi tip untuk suatu jasa
nampaknya sudah membudaya di sini. Naik taksi, makan di restoran, hotel dan segala
macam jasa yang kita peroleh selalu diembel-embeli pemberian tip. Supir-supir taksi bahkan
tak canggung langsung memotong 10% dari uang kembalian untuk tip mereka. Tapi kalau
kita tak memberi, mereka juga tak memaksa. Kurang lebih itu lah sedikit informati Tentang BUDAPEST